KATA PENGANTAR
Bismillah.
Segala
Puji milik Allah, yang dengan Ijin-Nya jualah naskah terjemahan ini terselesaikan.
Kemudian Shalawat dan Salam dimintakan bagi Muhammad Utusan-Nya.
Naskah
ini merupakan terjemahan dari Bab 10 dari buku “Principles of Farm Machinery”
karya Kepner dkk, yang merupakan bahan ajar dan rujukan untuk mahasiswa yang
menempuh mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian.
Pada
mulanya, penerjemahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka bagi
mahasiswa mengenai bahasan tentang peralatan tanam. Penerjemahan dimulai pada
Semester I tahun ajaran 1994/1995, sambil memberikan kuliah dengan bahan
tersebut, namun ketika itu masih berupa draft kasaran. Pengetikan dan
penyuntingan sebagian besar dari naskah tersebut dilakukan pada Semester I
tahun ajaran 1995/1996. Alhamdulillah, pada akhir Mei 1996, pekerjaan tersebut
bisa diselesaikan.
Banyak
kekurangan dalam penyusunan terjemahan dalam Bahasa Indonesia ini. Oleh karena
itu, penerjemah meminta saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan
selanjutnya.
Penerjemah
berharap bahwa hasil kerja ini bermanfaat bagi semua saja yang berkepentingan
dengan bahasan tentang alat dan mesin pertanian; bagi saya sendiri, bagi
rekan-rekan dosen dan terutama bagi para mahasiswa.
Ucapan
terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselenggaranya naskah ini, khususnya bagi sdr. Agus Supriyanto dan Wahyuni
Wulandari yang telah membantu pengetikan sebagian naskahnya. Ucapan terima
kasih yang khusus disampaikan kepada isteri penerjemah, Siti Nurul Khasanah,
SSi, yang selalu memberi dorongan semangat dan berbagai macam bantuan selama
pengerjaan tersebut.
Jember, Juni 1996
|
Penerjemah
|
MESIN-MESIN PENANAM
1. Pendahuluan
Pekerjaan penanaman dapat berupa penempatan benih
atau umbi (semisal kentang) ke dalam tanah pada kedalaman tertentu, penyebaran
acak atau penjatuhan benih ke atas permukaan tanah, atau penanaman bibit
tanaman di tanah. Mesin yang dipergunakan untuk menempatkan benih di dalam
tanah serta menutupinya sekaligus dalam satu lintasan akan menghasilkan
larik-larik tertentu. Jika larik-larik ataupun bedengan-bedengan tersebut cukup
renggang untuk memungkinkan dilakukannya pekerjaan menggunakan mesin di
sela-sela larikan guna keperluan pendangiran ataupun pekerjaan pemeliharaan
lainnya, cara tanam jenis ini disebut sebagai tanam-larik (row-crop
planting), jika sebaliknya disebut sebagai tanam-rapat (solid planting).
Dengan demikian bijian yang diicir dalam larik berjarak 15 sampai 36 cm adalah
termasuk bentuk tanam rapat, sedangkan penanaman bit dengan jarak 51 cm
dikatakan sebagai tanam larik.
Dengan alat
penanam yang sesuai, benih dapat ditanamkan melalui beberapa cara atau pola
sebagai berikut :
a.
Sebar (Broadcasting), ialah penyebaran benih
secara acak di atas permukaan tanah.
b.
Icir (Drill Seeding), ialah penjatuhan benih
secara acak dalam alur serta menutupinya kembali untuk memperoleh larik-larik
dengan jarak tertentu.
c.
Tanam benih tunggal (Precision Planting),
ialah penempatan secara cermat satu per satu benih pada jarak yang kira-kira
sama dalam larik-larik.
d.
Tanam jumput (Hill Dropping), ialah penempatan
sejumlah benih dalam larikan dengan jarak yang kira-kira sama.
Tanam rata biasanya dikerjakan menggunakan salah
satu dari kedua cara pertama, sedang tanam larik bisa mencakup semua cara di
atas selain sebar.
2. Sistem Tanam Larik
Penanaman dapat dilakukan pada permukaan datar,
di dasar juringan, atau di atas bedengan/guludan, seperti terlihat pada Gb.1.
Penanaman di juringan dipraktekkan secara luas pada daerah-daerah yang agak
kering untuk tanaman larik seperti jagung, kapas dan cantel, oleh karena pada
sistem ini benih-benih dapat ditempatkan di daerah bawah dalam tanah yang
lembab serta tanaman muda terlindungi dari angin dan tanah yang terhembus.
Penanaman di bedengan sering dipraktekkan di wilayah-wilayah yang bercurah
hujan tinggi untuk memperoleh drainase permukaan yang lebih baik. Penanaman di
permukaan datar biasanya paling banyak dilakukan jika saja keadaan lengas tanah
alaminya memungkinkan.
Pada suatu variasi dari penanaman dalam alur
ditambahkan sebuah guludan kecil sekitar tinggi 7,5 cm dan lebar 25 cm pada
dasar alur. Dengan cara ini masih diperoleh keuntungan-keuntungan penanaman
alur serta ditambah dengan terhindarinya larik tanaman dari tergenang air atau
tertimbun longsoran tanah seumpama terjadi hujan deras.
Sistem tanam olah minimum telah dibahas pada
Pasal 5.4. Termasuk di dalamnya yaitu olah tanah lajur, sistem tanpa-olah (yang
pada kenyataannya berupa pengolahan tanah pada jalur yang sempit), tanam got,
kombinasi olah-tanam setelah pembajakan atau pengolahan tanah primer lain, dan
penanaman dalam bekas lintasan roda traktor segera setelah pembajakan. Sistem-sistem tersebut kadang dipakai
untuk tanaman semacam jagung, kedelai dan cantel.
Tanam
di guludan umum dilakukan pada jenis tanaman larik pada daerah-daerah
beririgasi. Pada tanaman yang jarak lariknya dekat semisal bit, selada, dan
beberapa sayuran tertentu lainnya, kadang 2 larik tanaman atau lebih ditanam
berdekatan di atas 1 bedengan (lihat Gb.1). dengan demikian menyisakan ruang
sela antar guludan yang lebih renggang untuk keperluan pekerjaan menggunakan
mesin. Sebagai contoh, bedengan mungkin berjarak 102 atau 107 cm dari pusat ke
pusat dengan larik berjarak 30 sampai 40 cm pada masing-masing bedengan.
Gabungan
antara pembentukan bedengan dan alat penanaman kadang dipakai untuk sayuran,
bit, dan tanaman semacam lainnya di wilayah-wilayah beririgasi. Suatu unit
pekerjaan dari jenis ini mungkin berupa penggemburan jalur pembenihan
menggunakan rotary tiller, pencampuran pestisida, pembentukan guludan menjadi
bentuk yang padat dan rata permukaan atasnya, pemberian pupuk serta penanaman
biji tanaman. Penggarit (runner) yang ditarik melalui sela-sela
bedengan dijadikan pemandu posisi serta menyangga alat selama pengerjaan, yang
dengan demikian akan meminimkan keragaman ketinggian. Cara ini menghasilkan
pekerjaan presisi di mana benih dan bahan kimia dapat ditempatkan secara tepat
pada letak yang dikehendaki, tepat jarak antara keduanya maupun jaraknya
terhadap permukaan dan sisi guludan. Jika pengaturan dilakukan secara baik,
hasil yang diperoleh dengan cara ini diharapkan akan lebih baik serta lebih
seragam, dibandingkan jika masing-masing pekerjaan dilakukan secara terpisah.
Percoban
di Texas pada tanaman kapas menunjukkan bahwa pembentukan guludan berpuncak
rata secara teliti yang diiku ti dengan penanaman pada kedalaman yang seragam
setelah guludan beberapa kali tersiram hujan ringan akan menghasilkan suatu
perbaikan yang berarti pada keseragaman hasil panen serta menaikkan total
panenan. Roda pandu berbentuk kerucut yang dijalankan pada sisi-sisi guludan
memungkinkan penempatan tanaman tepat di tengah guludan. Penggunaan lebih
lanjut roda-roda pandu ini pada sebuah pendangir memungkinkan pendangiran
dekat-dekat tanaman pada kecepatan kerja yang cukup tinggi.
3. Populasi Tanaman dan Kebutuhan Jarak Tanam
Tujuan
pertama setiap pekerjaan penanaman ialah memperoleh populasi tanaman dan jarak
tanam yang optimum, dengan tujuan akhirnya ialah untuk memperoleh penghasilan
bersih yang maksimum per hektarnya. Populasi dan jarak tanam dipengaruhi oleh
faktor-faktor semacam lengas tanah yang tersedia dan pengaruh tanam dan jarak
larik terhadap biaya dan kemudahan pekerjaan pemeliharaan seperti penyiangan,
pengendalian gulma, pendangiran dan panen.
Pada
banyak tanaman, seperti jagung, terdapat suatu kisaran populasi tanaman yang
cukup sempit yang akan menghasillkan panen maksimum pada suatu kombinasi tanah
dan kesuburan tertentu. Jumlah
tanaman optimum per hektar naik bila produktivitas tanah naik. Pada
tanaman-tanaman lain seperti kapas dan bijian kecil, nampaknya terdapat kisaran
populasi tanaman yang agak lebar di mana hasil panen tak terlalu berbeda.
Kebutuhan dasar dari sudut hasil dalam hal ini ialah mengatur jumlah tanaman
per hektar di atas harga minimumnya.
Kebanyakan
tanaman dapat menerima adanya sedikit variasi keseragaman jarak tanam dalam
larikan tanpa mempengaruhi hasil panen secara serius, asalkan rata-rata
kerapatan tanaman (atau luas tanah per tanaman) masih di dalam kisaran yang
optimum. Pada beberapa jenis tanaman tertentu keseragaman jarak tanam merupakan
hal yang penting. Pada jagung, dibutuhkan jarak tanam yang seragam sepanjang
larikan, karena menaikkan hasil panen. Untuk suatu populasi tanaman per hektar
tertentu, mengurangi jarak larik dan merenggangkan jarak antar tanaman dalam
larik akan menaikkan hasil panen dibandingkan dengan jarak larik 102 cm yang
konvensional. Pada tanaman semacam selada, bit, bawang dan wortel diperlukan
jarak tanam seragam dengan tanaman tunggal, karena diperlukan ruang untuk
perkembangan bagian bermanfaat dari tanaman tersebut.
Faktor-faktor
selain besarnya panen terkadang menjadi hal yang penting dalam menentukan
populasi atau jarak tanam terbaik pada suatu tanaman pada seperangkat keadaan
tertentu. Pada tanaman-tanaman tegak, menaikkan populasi mungkin akan menaikkan
kecenderungan batang untuk rubuh atau patah, yang tak dikehendaki dari sudut
pandang pemanenan. Di fihak lain, menaikkan jumlah tanaman pada kapas biasanya
cenderung menaikkan ketinggian kuncup berbuah yang paling bawah, yang akan
mempermudah pemanenan mekanis. Jarak baris yang rapat pada jagung atau kapas
mungkin menaikkan panen namun juga menambah biaya tanam dan pemeliharaan serta
membutuhkan perubahan-perubahan rancangan alat panen.
Kapas
dan jagung kadang ditanam secara jumput, khususnya pada kondisi ketika
pengerasan muka tanah mungkin menjadi masalah. Kekuatan dari perkecambahan biji
yang ditanam bersama menaikkan kemampuan menembus kerak permukaan tanah
tersebut.
4. Fungsi Sebuah Penanam Benih
Dengan
mengecualikan broadcaster, sebuah mesin penanam benih harus dapat
memenuhi semua fungsi mekanis berikut ini.
1.
membuka
alur benih dengan kedalaman yang tepat.
2.
menakar
pengeluaran benih.
3.
menempatkan
benih dalam alur dengan suatu pola yang sesuai.
4.
menutupi
benih serta memadatkan tanah di sekitar benih dengan tingkat kepadatan tertentu
sesuai dengan jenis tanamannya.
Disamping
itu, mesin penanam tidak boleh menyebabkan rusaknya benih sehingga mempengaruhi
perkecambahan. Benih haruslah ditempatkan dalam tanah sedemikian sehingga
seluruh faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan sebisa mungkin bersifat
mendukung berlangsungnya perkecambahan. Oleh kartena ketepatan waktu merupakan
hal yang sangat penting pada kebanyakan pekerjaan penanaman, perlulah bahwa
sebuah mesin penanam dapat memberikan fungsi-fungsi tersebut secara cermat pada
kecepatan kerja yang cukup tinggi.
Fungsi
umum sebuah broadcaster ialah menakar pengeluaran benih dan
menyebarkannya secara merata di atas luasan tanah tertentu. Penutupan merupakan
pekerjaan yang terpisah darinya atau malah tidak dilakukan sama sekali pada
beberapa keadaan.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan
dan Pertumbuhan
Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan meliputi : daya tumbuh
benih (persen perkecambahan pada percobaan laboratorium), suhu tanah, ketersediaan
lengas tanah bagi benih, aerasi tanah, dan hambatan mekanis terhadap tumbuhnya
tunas (yaitu tahanan tanah terhadap penembusan oleh tunas). Hal-hal tersebut
dipengaruhi oleh jenis tanah, kondisi fisis tanah, kedalaman penanaman,
keeratan kontak (singgungan) antara benih dengan tanah, derajat pemadatan tanah
di atas benih dan pembentukan kerak permukaan setelah penanaman. Kondisi akhir
pertanaman (tegakan tanaman) juga dipengaruhi oleh kehilangan pasca-tunas
dikarenakan oleh adanya penyakit, serangga dan kondisi lingkungan yang
merugikan.
Khas
pada jagung dan tanaman-tanaman lain yang mampu mentoleransi suatu kisaran
kondisi tanam yang cukup lebar, tingkat pertunasan di lapang adalah sebesar 80
– 90 %. Pada kejadian semacam itu, penanaman jumlah benih yang tepat untuk
memperoleh hasil akhir yang diinginkan bukanlah merupakan masalah yangh serius.
Pada bit serta banyak sayuran berbenih lebih kecil, pertunasan di lapang begitu
rendah serta sulit diperkirakan (seringkali hanya 35 – 50 %), sehingga biasanya
benih ditanam secara berlebihan kemudian dijarangkan untuk memperoleh jumlah
tanamn yang dikehendaki.
6. Efek Mesin Penanam atau Sistem Tanam terhadap
Faktor-faktor Pertunasan
Jelaslah
bahwa unjuk kerja mesin penanam tak akan dapat mengendali semua faktor yang
terkait dengan pertunasan. Namun mesin penanam dapat memiliki pengaruh penting
terhadap banyak dari faktor tersebut, dan dipakainya mesin penanam yang baik
unjuk kerjanya adalah suatu hal yang penting guna memperoleh suatu keadaan yang
memenuhi syarat pada tanaman-tanaman yang pertunasannya kritis. Pengaturan
kedalaman secara cermat, penempatan benih ke dalam tanah yang lembab, serta
tiadanya kerak permukaan di atas benih merupakan hal-hal yang penting untuk
sayur-sayuran berbenih kecil serta beberapa tanaman lainnya.
Pemadatan
tanah oleh mesin penanam dapat mempengaruhi ketersediaan lengas, ketersediaan
oksigen dan besarnya hambatan mekanis. Pengujian di laboratorium di Michigan
pada buncis, jagung dan bit pada tanah geluh lempung pasiran menunjukkan bahwa
tekanan 34 – 69 kPa (5 – 10 psi) yang dibebankan pada permukaan tanah setelah
tanam biasanya menekan pertunasan, sedangkan tekanan 3,4 kPa (0,5 psi) tidak
berakibat seperti itu. Tekanan 34 – 69 kPa yang dikenakan pada garis ketinggian
benih akan memperbagus pertunasan bila tersedia lengas yang cukup dekat di
bawah benih. Hasil ini menunjukkan bahwa mesin penanam haruslah dirancang untuk
memampatkan tanah di bawah garis benih, menekan benih ke dalam tanah yang
mampat tersebut serta menutupinya dengan tanah yang longgar/gembur.
Daya
tembus tunas selama pertunasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
daya tembus (hambatannya) merupakan hal yang menarik ketika menganalisa unjuk
kerja mesin penanam serta ketika membuat rancangan yang baru. Drew, dkk,
mengukur gaya tembus yang secara nyata dihasilkan oleh tunas jagung dan kapas
selama masa pertunasan pada tanah geluh pasiran. Nilainya umumnya berkisar
antara 2,2 – 2,7 N. Morton dan Buchele melakukan penyelidikan yang
menggambarkan pertunasan melalui suatu lapis tanah untuk menentukan pengaruh
berbagai faktor terhadap kebutuhan energi pertunasan. Buchele dan Sheikh telah
mengembangkan suatu hubungan matematis mengenai gaya tembus tunas maksimum yang
dibutuhkan, yang dinyatakan dalam kohesi tanah, gaya gesek internal, koefisien
gesek antara tanah dan tunas, diameter tunas dan kedalaman tanah. Dalam suatu
percobaan, gaya yang terukur untuk pertunasan buatan menggunakan ujung
berbentuk kerucut adalah sebesar 3,1 N dan gaya terhitungnya 3,6 N.
Hambatan
mekanis dapat dikurangi dan persen pertunasannya dinaikkan dengan menutupi
benih menggunakan suatu bahan anti kerak semacam vermikulit dan memberikan
suatu bahan pengikat sebagai stabilisator. Hal tersebut telah dicoba di lapang
pada benih selada, dan di laboratorium pada berbagai jenis benih. Sekalipun
diperoleh hasil yang sangat bagus, adanya tambahan pekerjaan dan jumlah
vermikulit serta zat pengikat yang dibutuhkan menyebabkan sistem tanam seperti
ini agak mahal dan cukup memerlukan tempat.
Pendekatan
lain untuk memperbagus pertunasan ialah dengan membungkus benih-benih tunggal
dalam kapsul atau tablet vermikulit atau bahan sejenis lainnya. Pada percobaan
pada selada, Hariot mendapatkan hasil terbaik dengan tabung (tablet) dengan
diameter 19 mm dan ketebalan 6 mm yang dibuat dengan penekanan searah sumbu dan
menanam pada sisinya dengan bagian atasnya sama rata dengan permukaan tanah.
Bidang belah alami cenderung tegak lurus terhadap arah penekanan awalnya.
Tablet tersebut dibuat dari vermikulit dan polivinil asetat dengan air sebagai
bahan pengikatnya. Jhonson, dkk, memperoleh hasil yang sama pada tomat dan
ketimun, menggunakan tablet berdiameter 19 mm dengan tebal 6 atau 13 mm.
Pestisida,
sebagaimana juga bahan-bahan pemacu, dapat dimasukkan ke dalam tablet.
Sekalipun tablet-tablet tersebut akan agak mahal (Hariot memperkirakan harga $
62/Ha untuk selada pada tahun 1970), suatu unit penanam yang tepat dapat
menanam dengan cuma menekankan tablet-tablet tersebut ke dalam tanah, dengan
demikian memberikan jarak yang teliti antara benih-benih tunggal serta
pengaturan kedalaman yang cermat. Tablet-tablet berukuran sama dapat digunakan
untuk berbagai ukuran benih.
7. Piranti Penakar Pengeluaran Benih Tunggal
Piranti
untuk menakar pengeluaran benih tunggal biasanya mempunyai sel-sel pada suatu
bagian yang berputar atau mempunyai susunan tertentu guna memungut benih
tunggal dari suatu onggokan benih. Mesin penanam dengan piring horisontal
merupakan contoh yang paling umum dari jenis sel ini. Dua jenis dasar tampungan
(hopper) ditunjukkan pada Gb.2. Piring dengan sel samping dan
penjatuhan samping cocok untuk penanaman benih yang cukup besar serta datar
seperti jagung. Cincin stasioner yang melingkari piring haruslah terpasang pas
agar diperoleh unjuk kerja yang terbagus, dikarenakan cincin tersebut merupakan
satu sisi dari sel. Piring dengan lubang-lubang bulat atau oval sebagai ganti
sel persegi saling dapat dipertukarkan guna mengicir atau menanam secara
jumputan benih dari berbagai tanaman lajur. Diperlukan suatu pemilihan besarnya
piring untuk memenuhi kebutuhan bagi berbagai jenis dan ukuran benih serta
jarak tanam.
Suatu
mesin penanam berpiring horizontal memiliki piranti penyapu berpegas (Gb.2)
yang ditumpangkan di bagian atas lempeng serta menyapu benih yang berlebih pada
saat sel bergeser di bawahnya. Suatu piranti pendorong berpegas akan mendorong
benih keluar dari sel ketika sel berada di atas tabung penyalur. Unit yang
diperlihatkan pada Gb.2b ialah sebuah susunan mesin penanam benih tunggal,
memiliki diameter kecil, sel yang ukurannya tepat serta suatu piranti pendorong
yang terjulur dekat sel-sel.
Piranti
penakar piring miring (Gb.3 & 4) memiliki mangkuk-mangkuk atau sel-sel
mengelilingi garis tepi yang diputar melalui suatu tumpukan benih yang
memperoleh benih lewat rongga di bawah tampungan, menarik benih ke atas melalui
lintasan sebelah atas perputaran piring serta menumpahkannya ke dalam tabung
penyalur. Suatu sikat stasioner biasanya digunakan untuk lebih terjaminnya
pelepasan benih. Benih ditangani secara lebih halus dibandingkan pada piring
datar karena pada piring miring tidak terdapat piranti penyapu. Unit penakar
pada Gb.4 memiliki suatu piring bersel tepi dengan tersedia ukuran-ukuran untuk
disesuaikan dengan berbagai jenis benih sayuran kecil. Piring beserta cincin
pelingkarnya dibuat secara cermat agar diperoleh ukuran sel yang seragam guna
penakaran benih tunggal.
Piranti
penakar tegak seperti yang ditunjukkan pada Gb.5 sering digunakan untuk
penanaman benih tunggal pada sayuran dan bit. Beberapa jenis di antaranya tidak
menggunakan tabung penyalur, menempatkankan penakar serendah mungkin dan
menuangkan benih langsung ke dalam alur. Juga tersedia penakar tegak yang
mangkuk-mangkuk benihnya diputar melalui suatu onggokan benih dangkal; memungut
benih-benih tunggal, membawanya berputar melewati bagian atas perputaran piring
serta menumpahkannya pada saat benih bergerak ke arah bawah.
Jenis
lain piranti penakar benih tunggal memiliki rongga-rongga dalam sebuah sabuk,
dibuat berukuran sesuai dengan benihnya (Gb.6). Benih dari tampungan memasuki
ruang di atas sabuk melalui lubang A serta diatur pada suatu ketinggian yang
terkendali. Ketika sabuk bergerak searah jarum jam, penyapu benih yang berputar
berlawanan arah menyingkirkan benih-benih yang berlebih sehingga hanya
tertinggal satu benih dalam tiap rongga. Benih di dalam rongga diangkut di
sepanjang landasan bawah dan ditumpahkan dari sabuk di bawah roda penolak
benih. Tiadanya suatu piranti
penjamin penumpahan menyebabkan terjadinya sedikit keragaman jarak tanam.
Dua
tipe piranti penakar benih tunggal yang tak menggunakan sel ditunjukkan pada
Gb.7, 8 dan 9. Masing-masing jenis dapat menyesuaikan diri dengan variasi
normal ukuran dan bentuk benih yang dihadapi pada suatu jenis benih tertentu.
Unit yang ditunjukkan dalam Gb.7 dirancang untuk seluruh jenis jagung. Sejumlah
12 jari, berpegas dan digerakkan dengan nok, pada lengan-lengan radial akan
berputar, memungut satu benih atau lebih pada saat bergerak melampaui onggokan
benih. Semua benih terkecuali satu akan dilepaskan pada saat masing-masing jari
melewati dua lekukan kecil dekat bagian puncak piringan stasioner. Dalam
putaran tersebut selanjutnya jari akan lewat di depan suatu lubang pada
piringan dan menyentil butir yang tertinggal ke dalam salah satu dari 12 sel
pada roda benih yang berputar di sebelahnya. Roda benih akan menuangkan butir-butir tunggal ke
dalam alur.
Sistem
penakar tekanan udara (pneumatik) sebagaimana diperlihatkan pada Gb.8
memiliki suatu penampung terpusat dan satuan penakar yang melayani 4, 6, atau 8
larik. Drum benih yang diputar dari roda tanah memiliki satu baris melingkar
lekukan benih berlubang untuk tiap larik tanaman. Tandon benih yang dangkal
dipertahankan secara otomatik di dalam drum melalui aliran gravitasi dari penampung.
Sebuah kipas yang diputar PTO mengalirkan udara ke dalam drum, mempertahankan
suatu harga tekanan kira-kira 4 kPa di dalam drum dan di dalam wadah. Udara
keluar melalui lubang-lubang pada lekukan-lekukan benih sampai sebuah benih
memasuki sebuah lekukan dan menutupi lubang. Setelah itu perbedaan tekanan akan
menempelkan tiap benih pada lekukan selama drum yang berputar membawanya
melewati sebuah sikat stasioner di dekat puncak, yang akan menyikat benih
berlebih. Roda-roda penutup aliran udara pada bagian puncak drum dalam sesaat
menutup lubang, menyebabkan benih terjatuh ke dalam pipa penyalur. Aliran udara
melalui tabung penyalur menghantarkan benih ke bagian penanam dan
menjatuhkannya kedalam alur. Sistem ini dirancang bagi tanaman semacam jagung,
buncis, serta cantel. Untuk masing-masing jenis benih digunakan drum yang
berbeda.
Prinsip
kerja tekanan udara juga dimanfaatkan pada piranti penakar satu larik pada unit
penanam. Kipas kecil yang digerakkan oleh motor listrik yang dicatu dari sistem
pelistrikan traktor memberikan tekanan udara ke dalam ruang penakar (Gb.9).
Benih-benih yang ditangkap di depan lubang pada lekuk-lekuk benih dibawa ke
atas serta berputar berlawanan arah jarum jam pada unit seperti terlihat pada
Gb.9. Benih dilepas ke dalam tabung penyalur pada saat lekuk melewati suatu
penghalang yang menutup tekanan udara pada bagian depan (sebelah kiri) rotor.
Untuk jenis benih yang berbeda, digunakan piringan yang berbeda
Sejumlah
piranti penakar benih yang memanfaatkan prinsip kerja tarikan vakum telah
dikembangkan di tingkat percobaan, dan sedikitnya ada satu pabrik yang membuat
mesin penanam yang menggunakan piranti penyedot vakum dan amenjualnya di
pasaran pada tahun 1977. Kebanyakan jenis ini memiliki satu pompa vakum pusat
yang diperlengkapi dengan katup-katup untuk tiap lubang penyedot dan sebuah
sekat di antara pipa stasioner dan bagian pengisap yang berputar. Namun ada
juga unit penakar yang memiliki sebuah pompa tekan-isap untuk masing-masing
lubang pengisap. Sebuah nok stasioner mendorong piston keluar guna menghasilkan
tekanan guna melepaskan benih lalu sebuah pegas menariknya masuk kembali untuk
mendapatkan tekanan vakum guna pemungutan benih. Piranti pemungut vakum dapat
bekerja secara efektif, bahkan pada benih-benih kecil yang bentuknya tak
teratur seperti selada, namun piranti tersebut peka terhadap debu dan kotoran.
Pada
semua piranti penakar tersebut di atas, jarak tanam rata-rata ditentukan oleh
perbandingan antara kecepatan linier atau kecepatan keliling (periferal) unit
penjumput benih (ceruk, jari-jari, dsb) dan kecepatan maju mesin penanam dan
oleh jarak antara penjumput benih per unit penakar. Pada beberapa unit penakar,
tersedia lempengan, sabuk, atau rotor dengan jumlah ceruk yang berbeda, namun
cara yang paling umum guna mengubah jarak tanam ialah dengan mengubah
perbandingan kecepatan.
8. Sistem Tanam Menggunakan Pita Benih
Pada
sistem tanam ini, benih ditempatkan secara tunggal maupun jumput pada suatu
pita yang dapat larut di air dalam laboratorium atau di pabrik, pada kondisi
yang terkendali. Tersedia peralatan untuk menempatkan satu per satu atau
memberi jarak-jarak di atas pita untuk benih-benih kecil yang berbentuk tak
teratur dengan ketepatan yang tinggi. Pada suatu sistem pita benih yang telah
dibuat secara komersil, benih-benih ditempatkan pada pita pada jarak tanam yang
diinginkan, lalu pita panjang tersebut direntangkan sambil ditanamkan dalam
tanah menggunakan suatu unit penanam yang sederhana. Pita tersebut terbuat dari
polietilen oksida, suatu bahan yang stabil pada kondisi atmosfir normal namun
larut dalam 1 atau 2 menit bila ditempatkan dalam tanah yang lembab.
Sistem
pita kontinyu telah digunakan pada penanaman secara komersil pada benih selada,
tomat, mentimun, dan beberapa tanaman sayuran lain. Pita benih tersebut mahal
serta memerlukan adanya penyiapan tanah secara baik. Per hektarnya diperlukan
pita dalam jumlah yang besar, khususnya untuk larik berjarak pendek (contohnya
diperlukan 20 km pita per hektar untuk jarak larik 51 cm). Pengaturan kedalaman
tanam yang cermat sulit dilakukan , namun penanaman dapat dilakukan pada
kecepatan yang relatif tinggi. Jarak tanam pada tiap lariknya ditentukan pada
saat pitanya dibuat, dan di lapangan akan didapatkan hasil yang tepat. Pada
selada dan mentimun telah didapatkan adanya kenaikan panenan dibandingkan
dengan penanaman benih terbuka.
Chancellor
mengembangkan suatu sistem di mana benih-benih tunggal diberi jarak 10 cm pada
pita. Olehnya dirancang sebuah penanam yang akan memotong-motong pita tersebut
menjadi benih-benih tunggal dan menanamkan potongan-potongan tersebut ke dalam
lekukan-lekukan berbentuk kerucut yang ditugalkan di tanah. Pada rancangan
tersebut, ditambahkan pula suatu piranti untuk menakarkan sejumlah bahan anti
kerak (vermiculit) ke dalam tiap lekukan guna menutup pita. Pembuatan
lubang-lubang sepanjang salah satu sisi pita menepatkan posisi penempatan benih
pada pita terhadap pemotongan pita oleh mesin penanam. Dengan sistem ini jarak
tanam dapat diubah-ubah.
9. Piranti Penakar Benih Aliran Curah
Tiga
jenis umum piranti penakar yang dapat menuangkan suatu aliran benih yang lebih
kurangnya kontinyu digambarkan pada Gb.10, 11, dan 12. Piranti takar roda sirip
dan sisi ganda dalam digunakan secara terbatas pada mesin penanam tanaman
larik, namun penggunaan utamanya ialah untuk pengiciran bijian dan rerumputan.
Peloloh roda sirip biasanya lebih disukai dibanding sisi ganda bila yang
ditanam hanya benih yang relatif kecil. Peloloh sisi ganda cocok untuk benih
besar maupun bijian kecil. Pada
suatu saat hanya satu sisi yang dipakai, sisi yang dipilih tergantung pada
ukuran benih.
Kecepatan
pengaliran benih menggunakan roda sirip diatur dengan menggeser roda searah
sumbu guna mengubah panjang sirip yang menciduk benih dalam mangkuk peloloh.
Cara utama untuk mengatur kecepatan pengaliran benih pada peloloh sisi ganda
ialah dengan mengubah perbandingan kecepatan antara roda tanah dan poros
peloloh.
Mesin
penanam jenis sebar biasanya memiliki piranti takar bukaan stasioner
(lubang-lubang pilihan). Kecepatan pengaliran benih diatur dengan memilih
ukuran lubang. Di atas lubang tersebut ditempatkan pengaduk untuk mencegah
penyumbatan serta mengurangi pengaruh tinggi tumpukan benih terhadap laju
pengaliran. Pada unit yang diperlihatkan pada Gb.12, yang digunakan secara luas
untuk penanaman sayuran dan secara terbatas untuk tanaman-tanamn larik lainnya,
prinsip kerja bukaan stasioner digunakan dalam suatu cara yang agak berbeda . Pengaduk hanya menggerakkan benih
bolak-balik melintas lubang penakar yang dipilih. Tersedia beberapa lempeng
yang saling bisa dipertukarkan, yang masing-masing memiliki kisaran ukuran
lubang yang berlainan.
10. Piranti Pembuka Alur
Contoh-contoh
pembuka alur jenis putar dan jenis tetap ditunjukkan pada Gb.13. Pemilihan di
antara tipe-tipe tersebut, atau yang semacamnya, dipengaruhi oleh sejumlah
faktor. Kedalaman tanam optimal beragam secara luas di antara tanaman yang
berbeda dan dipengaruhi oleh kondisi lengas tanah, suhu tanah, waktu dalam
tahun, dsb. Beberapa benih agak peka terhadap kondisi lingkungan dan
membutuhkan pengendalian kedalaman tanam yang berhati-hati, sedangkan
benih-benih lainnya bisa menyesuaikan diri terhadap kisaran kondisi yang luas.
Garit
(runner) penuh merupakan suatu piranti sederhana yang bekerja dengan
baik pada kedalaman medium pada tanah lunak yang bebas seresah serta gulma.
Piranti tersebut sesuai untuk kondisi umumnya yang dihadapi mesin tanam jagung
dan kapas. Pengukur kedalaman tipe lempeng datar dapat dipasangkan pada garit
untuk tanah halus. Garit pendek kadang digunakan pada mesin tanam jagung pada
tanah kasar atau tanah berseresah.
Pembuka
tipe garu, bila diperlengkapi dengan kait pegas seperti terlihat pada gambar 13
cocok pada tanah berbatu atau yang banyak akarnya. Jenis tersebut, atau tipe
sekop atau sejenis, dapat juga digunakan pada penanaman yang dalam jika
tanahnya cukup bersih dari seresah. Beberapa mesin tanam sayuran memiliki
sepatu atau runner yang jauh lebih kecil.
Pembuka
tipe piringan cocok pada tanah yang banyak seresahnya atau cukup keras. Pada
tanah-tanah yang basah pembuka tipe ini lebih memuaskan dibanding pembuka
tetap, dikarenakan tipe ini dapat dibuat terus bersih menggunakan skraper.
Pembuka piringan tunggal yang digunakan pada beberapa pengicir bijian lebih
efektif dibanding piringan ganda dalam hal penetrasi dan pemotongan seresah.
Pembuka piringan tunggal yang dipasangi singkal seperti terlihat pada pojok
kanan bawah gambar 13, digunakan untuk penanam bijian pada paliran. Bukaan
tanah hasil kerjanya berupa sederetan alur dan guludan. Pembuka piringan ganda
terutama sangat cocok bagi pembukaan medium atau dangkal pada tanaman lajur
yang kritis terhadap kedalaman tanah, karena kedalaman dapat dikendalikan
secara agak teliti menggunakan pintu pengatur kedalaman yang dapat dilepas
(gambar 15).
Pembuka
alur tipe lain yang dikembangkan guna penanaman bit memiliki sebuah sirip tipis
kira-kira tingginya 32 mm, ditegakkan melingkar pada sebuah roda berpelek
datar. Roda tersebut akan menciptakan bekas berupa alur berbentuk V, pada
tanah, dengan demikian menghasilkan tanah yang lebih padat di zona benih, lebih
dari yang dihasilkan dengan tipe piringan atau runner. Kedalaman tanah
ditentukan oleh tinggi sirip. Pengujian lapang pada bit memperlihatkan
pertunasan yang jauh lebih tinggi dibanding pembuka piringan ganda.
11. Piranti Penutup
Diantara
berbagai tipe piranti penutup yang dipakai pada mesin penanam ialah rantai
seret, batang seret, pisau sekraper (gambar 14), roda tekan besi, roda tekan
bertutup karet atau berban kempis, piring penggulud, dan bermacam kombinasi
dari unit-unit tersebut. Sebagai mana ditunjukkan pada bagan 6, suatu piranti
penutup haruslah dapat menempatkan tanah lembab sehingga bersinggungan langsung
dengan benih, menekan tanah tersebut agak padat di sekitar benih, menutupnya pada
kedalaman yang tepat serta membiarkan tanah yang langsung di atas larikan cukup
renggang guna menahan terjadinya kerak akan mendorong mudahnya pertunasan.
Beberapa
jenis benih lebih kritis dibanding yang lain terhadap faktor-faktor tersebut.
Dengan demikian rantai seret, yang semata menutup benih dengan tanah renggang,
sudah cukup bagi pengicir bijian pada kebanyakan kondisi di mana terdapat cukup
lengas. Pada tanah renggang, berpasir atau untuk pengiciran bijian di alur pada
tempat-tempat yang berseresah berat, roda tekan ramping dengan pelek besi atau
karet dapat digunakan di belakang pembuka, roda tekan ini cenderung memberikan
jumlah tanaman dengan panen yang tinggi pada area di mana lengas merupakan
faktor pembatas.
Gb.14
menunjukkan beberapa tipe roda tekan yeng dipakai pada mesin tanam lajuran.
Roda tekan besi terbuka tengah, cekung, umum dipakai pada jagung dan tanaman
berbiji besar lainnya. Roda tekan berban kempis dipakai secara luas pada
sayuran dan beberapa tanaman lain. Pelenturannya yang terus-menerus cenderung
menghasilkan pembersihan sendiri. Ban yang memiliki sirip tengah tipis (gambar
14) akan menekan tanah agak padat di sekeliling benih sehingga memberikan hasil
yang baik pada bit. Sebuah rantai seret di belakang roda tekan bersirip tersebut
akan mengisi lekuk yang tertinggal dengan tanah renggang. Roda pemadat tipis
berban karet (lebar 25 mm dan diameter 200 sampai 250 mm) dijalankan tepat di
belakang pembuka serta menekan benih ke dasar alur setelah benih tersebut
ditutup, kadang kala memperbagus pertunasan khususnya pada kapas.
12. Pengaturan Mesin Tanam Larikan / Lajuran
Kebanyakan
mesin tanam larik dapat disesuaikan dengan suatu varietas tanaman dengan
mengganti lempeng penakar benih, dasar hopper, atau beberapa suku piranti takar
yang lain. Unit penanam yang dipasang gendong di batang penarik traktor (gambar
15) terkenal dikarenakan kemampuan mesinnya yang besar dalam hal jarak larik
dan tipe benih yang dapat ditanam. Mesin ini digendongkan pada batang penarik
traktor, pada trailer atau pada sebuah kombinasi pembentuk guludan dan unit
penanam seperti diuraikan pada pasal 2. Dipergunakan banyak kombinasi yang
berbeda dari pembuka alur, unit penakar dan piranti penutup. Piranti penakar
benih pada suatu unit mesin penanam biasanya diputar dari roda tekan namun pada
beberapa keadaan diputar dari roda ukur atau dari pembuka alur piringan ganda.
Mesin
tanam gendong atau tipe tarik dapat dipakai menanam 2, 4, 6, 8 atau l2 larik;
mencakup lebar sebesar 9 meter. Dari mesin tipe tarik dapat disambungkan sisi
ke kiri untuk memperoleh lebar yang lebih lagi. Mesin tanam gendong traktor
yang lebih lebar dari 6 meter biasanya memiliki bagian pinggir yang dapat
dilipat untuk mengurangi lebarnya pada saat perjalanan.
Pada
mesin tanam satuan maupun pada mesin tanam tipe tarik yang memiliki unit larik
yang terpasang secara independent, kedalaman pada masing-masing unit
dikendalikan oleh roda tekannya, roda pengukur sepatu pada pembuka alur,
penakar, ataupun picu pengatur kedalaman pada pembuka alur piringan ganda
(Gb.15). Hopper benih digendongkan di atas unit larik individual, langsung di
atas pembuka alur dan haruslah letaknya dibuat serendah mungkin.
Pelengkap
pemupuk yang dengannya seleret, pupuk kimia dapat ditempatkan dalam tanah pada
jarak yang ditentukan terhadap benih, tersedia pada kebanyakan mesin penanam
larik dan secara luas digunakan pada tanaman-tanaman tertentu.
Perlengkapan
untuk mengicirkan pestisida umumnya juga tersedia. Hopper pupuk terpusat, yang
masing-masing melayani beberapa larik dapat dipakai pada mesin tanam tipe tarik
sehingga dapat meminimalkan waktu pengisian.
13. Pemilahan dan Pengolahan Benih
Salah
satu kebutuhan untuk penanam tanaman larik yang memakai piranti penakar tipe
saluran, ialah bahwa benih ataupun unit yang berisi benih hendaklah seragam
ukuran dan bentuknya. Agar diperoleh hasil terbaik, diperlukan pemilihan yang
teliti pada batas ukuran yang dapat diterima, di samping pemilihan lempeng
benih yang tepat. Benih yang terlalu besar bagi suatu ukuran sel akan tertinggal
dalam hopper atau akan menyembul keluar dari sel dan dapat rusak oleh
pengepras. Benih halus yang mendekati bentuk bulat paling cocok bagi tanam
tunggal.
Diperkenalkannya
varietas jagung hibrida menciptakan ukuran dan bentuk benih yang varietasnya
luas. Hal tersebut menimbulkan masalah pemilihan yang sulit; terutama karena
dari ketiga dimensi utama masing-masing harus diperhatikan. Klasifikasi yang
cermat membutuhkan sejumlah besar pilahan ukuran dan lempeng benih pada mesin
penanam harus bisa bersesuaian dengan tiap pilihan. Memperbagus unjuk kerja
mesin penanam biasanya akan menjadi alasan untuk direlakannya adanya tambahan
biaya bagi pemilahan benih yang lebih baik. Piranti penakar seperti dilukiskan
pada Gb.7 dan 8 dapat menangani semua ukuran dan bentuk butiran jagung, namun
tidak tersedia informasi yang telah diterbitkan untuk menunjukkan efisiensi
penakarannya.
Pada
beberapa keadaan, benih-benih tunggal diubah ukuran, bentuk atau kondisi
permukaannya, guna membuatnya lebih sesuai untuk tanam tunggal. Salah satu
contoh termudah pengolahan benih secara komersil ialah mengubah butir benih bit
gula sehingga didapatkan benih yang lebih kecil yang bentuknya nyaris bulat
serta memiliki hanya satu lembaga yang menghasilkan tunas per benih, bukannya 1
– 5 lembaga sebagaimana didapat pada benih alami. Hasil pengubahan ini ialah
prosentasi tanaman tunggalnya tinggi sehingga mengurangi besarnya biaya
penjarangan dengan tangan serta membuat dimungkinkannya penjarangan menggunakan
mesin.
Benih
bit tunas tunggal telah dikembangkan oleh pemulia tanaman pada tahun 1948 dan
sekarang hampir secara keseluruhan menggantikan benih tunas banyak yang diolah.
Benih tunas tunggal harus pula diolah guna penyesuaian dengan tanam tunggal
dikarenakan pada keadaan alaminya agak berbentuk ceper seperti serabi dan
memiliki keliling luar yang kasar dan menggabus (Gb.16a). Pengolahan biasanya
dikerjakan menggunakan decorticator benih (dikembangkan pada mulanya
bagi benih tunas banyak) atau menggunakan pemoles beras. Kedua proses tersebut
menghilangkan sebagian besar bahan gabus dan cenderung menghaluskan permukaan
keliling, namun tetap meninggalkan bentuk cakram pada benih. Diperlukan
pengayakan yang cermat guna memperoleh toleransi ukuran yang kecil serta
kesesuaian yang teliti terhadap ukuran sel agar didapatkan hasil penakaran yang
baik.
Benih-benih
kecil serta tak teratur bentuknya terkadang dilapisi dengan suatu bahan innert
guna membuat benih menjadi lebih besar dan lebih bulat sehingga dapat lebih
mudah tertakar tunggal oleh piranti penakar. Butiran tersebut diayak agar
diperoleh ukuran yang seragam. Bahan pelapis harus cukup awet agar tahan selama
penanganan dan pengiriman serta harus cukup berpori untuk memungkinkan
pernafasan benih di dalamnya. Bahan-bahan pelapis tersebut harus cepat melunak
ketika bersentuhan dengan tanah lembab, sehingga memungkinkan mengalir lengas
yang cukup ke benih guna memacu perkecambahan serta pertumbuhan. Masing-masing
butiran hendaklah hanya berisi satu benih, serta jangan sampai rusak.
Benih
bit tunas tunggal kadang dilapis untuk memperbagus watak penakarannya yang
dengan begitu akan mengurangi persentase terganda. Pelapisan juga telah dicoba
pada bermacam tipe sayuran, dengan bermacam tingkat keberhasilan serta tingkat
penerimaan. Benih yang dilapis akan berkecambah lebih lambat dibanding benih
telanjang serta lebih kritis berkenaan dengan penyiapan tanah, kedalaman tanam,
dan kondisi lengas. Suatu perkembangan akhir-akhir ini pada selada yang
nampaknya mengurangi besarnya masalah-masalah tersebut ialah pengolahan lapis
minimum di mana perbandingan massa bahan pelapis terhadap benih kira-kira 10 :
1, bukannya 50 : 1 seperti pada pelapisan penuh. Benih selada lapis penuh,
lapis minimum, dan benih telanjang diperlihatkan pada Gb.16b. Benih lapis
minimum dapat ditakar secara memuaskan menggunakan piranti takar benih tunggal
tipe ceruk dan berkecambah lebih cepat dibanding benih lapis penuh.
Kapas
merupakan tipe benih lainnya yang jauh lebih mudah untuk ditanam secara seragam
setelah diolah. Biji kapas yang dipisahkan mesin masih terbungkus serat
(Gb.16c), sehingga biji-biji saling melekat menjadi satu dan tak dapat mengalir
bebas. Dibutuhkan unit penanam yang khusus dan pembagian benih yang cermat
sulit jika bukannya mustahil. Benih yang bulunya telah dihilangkan secara
mekanis ataupun secara kimiawi dapat lebih mudah ditangani dengan unit penanam
dengan tipe sama seperti yang dipakai untuk tanaman larik lain, dan dapat
diperoleh lajur tanam yang lebih seragam dibanding jika benihnya masih berbulu.
Pada kebanyakan penanaman kapas, sekarang digunakan benih yang telah
dibersihkan bulunya .
14. Tanam Benih Tunggal
Tanam
benih tunggal berarti penanaman benih tepat satu-satu dengan jarak tertentu
dalam larikan, pengendalian kedalaman yang teliti, khususnya pada tanam dangkal
pada sayuran, serta menciptakan suatu lingkungan perkecambahan yang seragam
bagi masing-masing benih. Masalah utama ketika mengembangkan mesin tanam
tunggal tipe lempeng untuk jagung ialah bagaimana memperoleh penakaran yang
akurat dan penjatuhan benih yang seragam pada kecepatan jalan yang tinggi. Saat
ini sudah terdapat mesin tanam jagung yang dapat memberikan hasil kerja yang
bagus pada kecepatan 8 sampai 11 km/jam.
Tujuan
utama tanam benih tunggal pada bit, sayuran, dan tanaman-tanaman lain yang
memerlukan penjarangan, yang disebabkan karena tingkat pertunasannya yang
rendah serta sulit diperkirakan, ialah agar jarak antar masing-masing tanaman
cukup renggang sehingga penjarangan dapat dikerjakan secara mekanis atau dengan
tenaga kerja yang sedikit. Sebagai tambahan terhadap turunnya biaya
penjarangan, tanam tunggal membuat waktu penjarangan menjadi kurang kritis,
mengurangi persaingan antar tanaman yang bersebelahan sebelum penjarangan, dan
mengurangi keterkejutan pada tanaman yang disisakan saat penjarangan. Pemasakan
yang lebih seragam yang dapat dihasilkan dari tanam tunggal menaikkan
kemungkinan pemanenan tanpa pilih-pilih pada tanaman seperti selada. Piranti
penakar dari tipe yang diperlihatkan pada b.2b, 4, 5, dan 6 umum dipakai untuk
bit dan sayuran berbenih kecil. Kecepatan jalan maksimum jauh lebih kecil
dibanding pada jagung.
Kebutuhan
pokok bagi tanam tunggal menggunakan piranti penakar tipe ceruk ialah :
1.
Benih
mestilah seragam ukuran dan bentuknya, lebih disukai jika bentuknya mendekati
bulat.
2.
Ceruk
pada mesin penanam haruslah memiliki ukuran yang bersesuaian dengan benihnya,
lempeng dan bagian kritis lainnya pada piranti penakar harus dibuat secara
cermat.
3.
Benih
harus memiliki peluang yang cukup untuk memasuki ceruk-ceruk. Kecepatan putar
lempeng dan panjang lintasan persentuhan ceruk dengan benih di dalam wadah
benih merupakan parameter-parameter dasar. Kecepatan rendah akan lebih efektif
dibanding lintasan sentuh yang panjang.
4.
Diperlukan
piranti pengepras yang baik yang dapat mencegah pengisian benih berganda tanpa
mengakibatkan kerusakan benih yang berlebihan.
5.
Pelepasan
benih dari ceruk mestilah dibantu dengan didorong.
6.
Benih
tidak boleh rusak sehingga mempengaruhi perkecambahan.
7.
Benih
harus dialirkan dari bagian penakar ke dasar alur lewat cara sedemikian
sehingga pola jarak tanam dapat tetap sebagaimana jarak yang dihasilkan piranti
penakar (dibahas pada pasal 16).
8.
Benih
hendaklah ditempatkanpada kedalaman yang tepat dalam alur yang sempit dengan
mengurangi terpental dan tergulingnya benih di dasar alur.
Sebagaimana
pada setiap penanaman, benih hendaknya tertutup secara seragam sedangkan tanah
di sekelilingnya dipadatkan dengan tingkat kepadatan yang tepat.
15. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pengisian
Ceruk dan Kerusakan Benih
Prosentase
terisinya ceruk pada suatu mesin penanam dipengaruhi oleh faktor seperti ukuran
benih maksimum dalam kaitannya dengan ukuran ceruk, kisaran ukuran benih,
bentuk benih, bentuk ceruk, waktu sentuh ceruk dengan benih dalam penampung,
dan kecepatan linier ceruk. Prosen pengisian ceruk didefinisikan sebagai jumlah
total benih yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah ceruk yang melewati titik
pengeluaran. Sesuai dengan definisi tersebut, pengisian ceruk 100 % tidak perlu
berarti bahwa tiap ceruk terisi satu benih, melainkan hanya berarti bahwa tiap
ceruk yang kosong terimbangi oleh benih terganda yang mengisi ceruk lainnya.
Pembagian benih yang paling seragam biasanya diperoleh dari gabungan ukuran
benih, ukuran ceruk, dan kecepatan ceruk yang menghasilkan rata-rata pengisian
kira-kira 100 %.
Pada
Gb.17 diperlihatkan hubungan pengisian terhadap kecepatan penakaran jagung
dengan penjatuhan samping pada mesin penanam lempeng datar. Garis putus-putus
menunjukkan kenaikan pengisian ceruk yang sangat kecil (yaitu sangat sedikit
terjadinya isi ganda) ketika kecepatan dikurangkan di bawah titik isi 100 %,
yang menunjukkan bahwa barangkali benihnya lebih seragam serta ukuran ceruknya
lebih sesuai dengan benihnya dibanding pada kurva yang lain. Pada percobaan
pada benih bit yang telah diolah, dengan mesin tanam tunggal lempeng datar
(sejenis dengan Gb.2b), Barnington memperoleh adanya penurunan linier pengisian
ceruk dari 122 % pada kecepatan ceruk 3 m/menit ke 27 % pada kecepatan 55
m/mnt. Pada percobaan
tersebut, pengisian 100 % diperoleh pada kira-kira kecepatan 15 m/mnt. Hasil
yang mirip diperoleh pula pada mesin penanam rotor tegak.
Pengaruh
kecepatan ceruk nampak lebih besar pada benih yang bermuka kasar dibanding pada
benih yang halus dan besar seperti jagung. Isi terganda lebih mungkin terjadi
pada kecepatan rendah pada benih kecil dibanding pada benih besar. Pada saat
menanam benih semacam bit, unjuk kerja terbaik satuan penakar tipe ceruk dapat
diperoleh hanya dalam kisaran kecepatan ceruk yang relatif sempit. Pada benih
besar semacam jagung, pengisian ceruk tidak terlalu dipengaruhi oleh kecepatan
di bawah kecepatan yang menghasilkan isi 100 %, sehingga perhatian utamanya
ialah untuk menjaga kecepatan lempeng agar relatif lambat. Untuk jarak tanam
dalam larik serta kecepatan maju tertentu, menaikkan jumlah ceruk pada lempeng
akan mengurangi kecepatan linier ceruk.
Perbandingan
berbagai garis kurva pada Gb.17 menunjukkan pengaruh ukuran ceruk terhadap
persentase pengisian ceruk. Sekalipun lempeng berukuran 14,3 mm telah
direkomendasikan oleh produsen benih untuk jenis benih khusus ini, ukuran
tersebut ternyata terlalu kecil. Ceruk terbesar (kurva paling atas) mendapatkan
prosentase isi terganda yang berlebihan pada kecepatan rendah, sedangkan benih
yang rusak terlalu banyak pada kecepatan tinggi. Pengaruh hubungan antara
ukuran benih dan ukuran ceruk juga diperlihatkan pada percobaan pada benih bit
olahan dengan penanam lempeng datar yang memiliki garis tengah ceruk 4,37 mm. Benihnya dipilah berdasar ukuran dengan ukuran
2,78 – 3,18 mm, 3,18 – 3,75 mm, dan 3,57 – 3,97 mm. Pada ketiganya pengisian
ceruk secara berurutan ialah 140 %, 100 %, dan 90 %.
Pada
umumnya, dari pengalaman ternyata bahwa garis tengah atau panjang ceruk
sebaiknya kira-kira 10 % lebih besar dari ukuran maksimum benih, sedang
kedalaman ceruk sebaiknya kira-kira sama dengan rata-rata garis tengah atau
ketebalan benih. Unjuk kerja mesin dapat diperbagus oleh pemilahan benih dalam
toleransi ukuran yang pendek. Ukuran ceruk kurang kritis pada piranti penakar
tekanan udara dan bukan merupakan faktor pada piranti penjumput vakum.
Kebanyakan
kerusakan benih pada unit penakar lempeng datar atau rotor tegak disebabkan
oleh piranti pengepras. Prosentase benih rusak meningkat dengan bertambahnya
kecepatan ceruk. Kerusakan juga akan lebih besar jika ceruk terlalu besar.
Kerusakan benih dapat dikurangi dengan membuat piranti pengepras yang lentur
serta halus, atau dengan memakai rancangan yang mengangkat naik benih satu-satu
dari onggokan benih sedemikian sehingga tak diperlukan pengepras, sebagaimana
pada penakar lempeng miring, tekanan udara, dan tipe vakum.
16. Pengendalian Benih Di Antara Penakar Dan Alur
Penakaran
yang cermat akan bernilai rendah kecuali jika benih dapat dikendalikan
sedemikian sehingga masing-masing akan memerlukan waktu yang sama dalam
perjalanan dari penakar sampai ke alur, serta dapat dikurangi terpental atau
tergulingnya benih dalam alur. Faktor-faktor tersebut, khususnya kritis untuk
jarak tanam yang pendek dalam larik dan atau untuk kecepatan jalan yang tinggi.
Pada saat mengicir dengan kecepatan 4,8 km/jam dengan jarak tanam 50 mm di
larikannya, sebuah benih yang terlambat 1/25 detik akan tertumpuki oleh benih
berikutnya.
Keragaman
waktu penjatuhan dapat dikuraangi dengan salah satu cara berikut :
1.
Menggunakan
tabung pengeluaran yang pendek, halus, dan berdiameter kecil, dengan ujungnya
berada dekat dengan dasar alur.
2.
Menjatuhkan
benih langsung dari piranti penakar pada jarak beberapa cm di atas dasar alur.
3.
Memindahkan
benih secara mekanis dari penakar ke alur sebagaimana terdapat pada roda
transfer pada beberapa mesin penanam jumput (Gb.18).
Kecepatan
ceruk yang rendah, atau tabung benih lengkung peluru untuk kecepatan lempeng
yang tinggi akan memperkecil terpentalnya benih pada saat melintas tabung.
Gerakan
benih dalam alur dpat dikurangi dengan membuat alur yang sempit dan dengan
membuat supaya timbul suku kecepatan ke arah belakang pada benih yang
dikeluarkan, yang paling tidak sebagian akan mengimbangi kecepatan maju mesin
penanam. Keseragaman yang lebih bagus telah diperoleh pada pengujian mesin
penanam jagung dan kapas tipe lempeng, dengan membuat tabung penyalur bersudut
15o – 30o terhadap arah tegak. Kecepatan ke bawah yang
tinggi (sebagaimana pada jarak yang tinggi), cenderung menaikkan kecenderungan
terpentalnya benih dan perpindahan tempat dalam alur.
17. Tanam Jumput
Lempeng
benih yang memiliki ceruk yang cukup besar guna menampung sejumput benih dapat
digunakan pada tanam jumput, namun mungkin akan terjadi perpencaran benih, terutama
pada kecepatan maju yang tinggi. Terpencarnya benih mungkin akibat dari
keterlambatan saat benih meninggalkan ceruk, keterlambatan saat benih jatuh
melalui tabung penyalur, atau terpencarnya benih ketika membentur dasar alur.
Jarak
tanam yang lebih tepat serta terkumpulnya benih yang lebih dekat dalam satu
jumputan dapat dicapai dengan digunakannya katup putar atau roda pemindah dari
tipe seperti diperlihatkan pada Gb.18 dibanding jika digunakan lempeng. Roda
ini mengumpulkan jumlah benih yang diinginkan bagi satu jumputan ketika benih
tersebut dikeluarkan dari lempeng penakar, kemudian menumpuknya dekat-dekat
dasar alur pada kecepatan rendah relatif terhadap tanah.
Mekanisme
katup pada tipe yang ditunjukkan pada Gb.15 mulanya dirancang untuk penanaman
jagung larik persegi, namun dapat juga digunakan untuk tanam jumput acak. Katup
putar lebih sesuai untuk pekerjaan dengan kecepatan tinggi. Pada susunan katup
bolak-balik, sebuah nok pada poros peloloh membuka kedua katup berurutan pada
setiap jumputan. Benih yang telah sesaat terhenti di atas katup bawah akan
ditumpahkan ke arah bawah dan arah belakang pada jarak yang relatif dekat
dengan alur, sementara benih yang terkumpul di atas katup atas dilepaskan jatuh
ke atas katup bawah. Kedua katup tertutup kembali oleh pegas.
18. Pengujian Mesin
Penanam
Sekalipun
ukuran terakhir untuk menilai suatu pekerjaan tanam yang lengkap adalah jumlah
akhir tanaman yang diperoleh di lahan, namun hasil ini dipengaruhi oleh daya
tumbuh benih serta faktor lingkungan yang berada di luar kendali mesin penanam.
Pengaruh tipe pembuka alur atau roda tekan yang berbeda hanya dapat ditentukan
dengan percobaan pertunasan di lapang, namun kinerja piranti penakar dapat
diperlihatkan secara lebih mudah serta lebih handal di dalam laboratorium
dibanding di lapang.
Keteraturan
jarak antar benih dapat diamati secara agak mudah dengan menumpangkan wadah
benih dan penakar di atas dudukan yang sesuai lalu melewatkan sebuah papan yang
dilapis paslin di bawah tabung penyalur dengan kecepatan yang menyerupai
kecepatan jalan mesin di tanah. Pola benih yang dihasilkan merupakan gambaran
dari kinerja piranti penakar beserta tabung penyalurnya namun tidak
memperlihatkan pengaruh pementalan dalam alur. Piranti peka cahaya dan
alat-alat elektronis juga telah dipergunakan untuk merekam lintasan serta
frekwensi benih yang dijatuhkan.
Kinerja
piranti penakar secara tersendiri sering dinyatakan sebagai prosentase benih
kosong, benih tunggal, dan benih terganda. Berbagai metoda telah dipakai untuk
menilai atau membandingkan pola pembagian benih. Beberapa peneliti telah
memperkirakan suatu kisaran atau toleransi yang bisa dipakai untuk jarak tanam
dan kemudian menentukan prosentase jarak tanam dalam kisaran tersebut. Jarak
yang tidak sesuai kadang terbagi menjadi jarak yang terlalu jauh dan yang
terlalu dekat. Metoda lain mencakup pengukuran masing-masing jarak kemudian
menghitung simpangan baku dan koefisien keragamannya.
Metoda
penentuan pengisian ceruk yang paling umum ialah dengan menimbang benih yang
terkumpul setelah sejumlah ceruk melalui titik pengeluaran, menghitung jumlah
benih yang massanya diketahui, kemudian menghitung jumlah keseluruhan benih
yang terkumpul. Kerusakan benih diukur pada basis massa dengan memisahkan
rusakan benih. Metoda lain ialah dengan menghitung jumlah benih yang terkumpul
atau tercatat oleh salah satu piranti untuk menentukan keteraturan jarak tanam.
Metoda penghitungan menghasilkan indikasi langsung jumlah benih yang
dikeluarkan dari masing-masing ceruk secara sendiri-sendiri, serta peluang
sebuah ceruk menampung benih dengan jumlah nol, satu, dua, atau lainnya,
sedangkan metoda penimbangan semata menunjukkan rerata keseluruhan.
19. Tanam Sebar
Benih
bisa disebarkan dengan penghambur tipe sentrifugal, dengan penyebar tipe tuang yang
memiliki lubang-lubang berjarak sepenuh panjang lintang hopper (semacam
pengicir bijian tanpa pembuka alur) atau dengan penyebaran dari helikopter atau
kapal terbang bersayap. Jika benih sebar ingin ditutup, hal tersebut dilakukan
sebagai pekerjaan tersendiri, biasanya menggunakan garu gerigi lurus.
Penyebar
tipe sentrifugal, yang juga dikenal sebagai mesin penanam berlubang ujung,
menghasilkan cara yang cepat dan murah untuk penanaman tanaman semacam bijian
kecil dan beberapa macam rumputan. Alat tersebut terutama bermanfaat pada lahan
yang kecil, basah, serta bentuknya tak teratur, atau yang memiliki hambatan
permukaan ataupun bawah permukaan. Benih ditakar dari hopper melalui lubang
yang dapat disesuaikan dengan diberi pengaduk di atasnya, atau kadangkala
menggunakan roda sirip. Benih yang dari penakar dijatuhkan ke atas 1 atau 2
piringan datar dan berusuk, yang berputar pada kecepatan 500 – 1000 rpm
(terkadang lebih cepat) yang akan menghamburkan benih terebut sebagai akibat
gaya tolak sentrifugal. Lebar jalur yang tersebari benih biasanya berkisar dari
6 – 15 m, dipengaruhi oleh watak dan tinggi rusuk serta susunannya. Penyebaran
benih tidaklah seseragam pada pengiciran lagipula dipengaruhi oleh angin.
Penyebaran secara sentrifugal akan dibahas secara lebih terinci pada pasal
12.10.
20. Penanaman menggunakan Kapal Terbang
Laporan
penggunaan kapal terbang untuk penyebaran benih padi, pertama dikeluarkan pada
tahun 1929, ketika diperlukan penanaman kembali sejumlah lahan di California
yang baru saja terkena banjir. Pada waktu sekarang, kebanyakan padi yang
ditanam di California, sebagaimana juga pada sejumlah lahan di negara bagian
lain, direndam air sebelumnya lalu disebarkan ke atas lahan berair maupun
kering menggunakan pesawat udara. Tanaman lain seperti gandum, barley, dan
rumput pakan telah ditanam dengan kapal terbang untuk jumlah yang terbatas.
Kapal terbang terutama dipakai untuk penanaman kembali tanah hutan yang
berbukit-bukit atau area yang telah dibakar sebelumnya. Pelet yang berisi
sekelompok benih sering digunakan pada penanaman kembali hutan. Perlengkapan
yang dipakai untuk penyebaran benih dengan kapal udara adalah sama dengan yang
dipakai untuk penyebaran pupuk butiran menggunakan pesawat terbang, yang akan
dibahas pada pasal 12.11.
21. Pengiciran Bijian
Bila
dibandingkan dengan mesin tanam sebar, pengiciran bijian cenderung memberikan
panen yang lebih tinggi dikarenakan adanya keseragaman distribusi benih yang
lebih besar serta kedalaman tanam yang lebih seragam. Kedalaman pembuka alur maksimum
dikendalikan di batang sambungan (gang), biasanya melalui adanya penyetelan
yang sesuai pada pengaturan pengangkatan. Masing-masing pembuka alur ditekan ke
bawah oleh pegas sehingga dapat melenting sendiri mengimbangi ketakteraturan
lahan.
Sebuah
mesin pengicir pupuk dan benih memiliki hopper yang terbagi. Bagian depan untuk
benih dan bagian belakang untuk pupuk (Gb.20). Pupuk dapat dituangkan melalui
tabung penyalur yang dipakai menyalurkan benih ataupun melalui saluran yang
terpisah di belakang tabung penyalur benih. Unit pemupuk juga tersedia sebagai
perlengkapan yang dapat dilepas pada mesin pengicir benih yang rata.
Perlengkapan pemupuk akan dibahas lebih rinci dalam Bab 12. Perlengkapan untuk
mengicir benih rumputan yang kecil tersedia dalam bentuk pengicir rata maupun
pengicir pupuk. Ditambahkan sebuah hopper tambahan yang diperlengkapi dengan
roda bersirip yang berdiameter kecil (Gb.20), benih rumputan dituangkan melalui
tabung penyalur benih atau dibiarkan jatuh ke atas tanah di belakang pembuka
alur. Pekerjaan pengiciran bijian, penaburan pupuk, atau penaburan benih
rumputan dapat dilakukan secara terpisah atau dalam kombinasi sesuai keperluan.
Kebanyakan
pengicir bijian memiliki pembuka alur piring tunggal atau piring ganda, namun
beberapa di antaranya memiliki pembuka alur tipe garit untuk penanaman yang
dalam. Pengaturan jarak biasanya berkisar dari 15 – 36 cm, di mana jarak 15,2,
17,8, dan 20,3 cm (6,7, dan 8 in) adalah umum dipakai pada pengicir standar.
Jarak larik yang lebih lebar terutama dipakai pada pengiciran dalam juring
(seperti pada pembuka alur dalam piringan tunggal pa Gb.13)
22. Penanaman Kentang
Kentang
umumnya dibiakkan dari sepotong benih yang dipotongkan dari umbi yang utuh,
meskipun kentang yang kecil kadangkala ditanam tanpa pemotongan. Oleh karena
kebutuhan benih berkisar dari 900 – 1700 kg/ha, diperlukan hopper benih yang
besar, sedangkan mesin penanamnya biasanya berupa peralatan tipe tarik (1, 2,
atau 4 larik). Unit pemupuk dengan hopper yang memuat beberapa ratus kg / larik
tersedia pada kebanyakan mesin penanam kentang, beberapa di antaranya berupa
unit yang menjadi satu. Pupuk dituangkan dalam bentuk leretan pada kedua sisi
larikan dengan alat pembuka tipe piringan. Alur benih umumnya dibuat dengan
pembuka tipe garit atau tipe sepatu. Piringan penutup yang cekung akan menimbun
potongan benih pada kedalaman kira-kira 10 cm serta meninggalkan sebentuk
guludan memanjang di atas masing-masing larik.
Mesin
penanam kentang otomatis memiliki roda pemungut tegak yang dilengkapi dengan
piranti untuk menusuk atau menjepit potongan benih individual kemudian
menjatuhkannya ke dalam alur. Tipe paku pemungut, ditunjukkan pada Gb.21,
adalah yang paling umum. Masing-masing lengan atau kepala roda pemungut
memiliki dua paku pemungut yang tajam yang akan menusuk sebuah potongan benih
di ruang pemungutan (pada titik D), mendorongnya berputar, lalu melepaskannya
di atas alur (pada titik c). Guna menghindari kecepatan lengan pemungut yang
berlebih pada penanaman dengan kecepatan tinggi (8 km/jam), dua roda per larik,
masing-masing dengan 6 – 8 kepala pemungut, dipasangkan bersebelahan dengan
lengannya diatur bergiliran. Posisi paku pemungut pada masing-masing kepala
dapat disetel untuk menyesuaikan dengan berbagai ukuran potongan benih. Pengaturan
jarak antar benih dalam lariknya dikendalikan oleh perbandingan kecepatan
antara roda tanah dan roda pemungut.
23. Tanam Bibit
Beberapa
jenis tanaman, termasuk tembakau, kubis, kentang manis, dan tomat bisa
dibiakkan pada sebuah bedeng khusus kemudian dipindahtanamkan ke lahan. Jika pekerjaan meliputi wilayah yang luas,
biasanya dipakai peralatan mekanis. Penanaman bibit mekanis juga sesuai untuk
penanaman pohonan kecil pada pekerjaan penghutanan kembali dan untuk jenis
pekerjaan lainnya di kebun bibit. Suku utama sebuah mesin pindah tanam yang
sederhana ialah sebuah pembuka alur, perlengkapan untuk membawa persediaan
bibit, tempat duduk yang rendah untuk pekerja yang akan menanamkan bibit
langsung ke dalam alur, serta roda tekan atau piring penekan untuk menutup alur
serta memadatkan tanah di sekitarnya. Biasanya disertakan sebuah tangki
persediaan air yang diperlengkapi katup-katup yang cocok untuk pemberian air di
sekitar tiap tanaman atau pemberian air secara kontinyu sepanjang larik. Bibit
diberi jarak dengan tanda menggunakan piranti dencing mekanik atau tanda lain
yang cocok.
Mesin
penanam yang dirancang untuk menanam bibit pada lahan yang telah dipersiapkan
umumnya diperlengkapi dengan pembuka alur tipe garit. Kebutuhan pokoknya ialah
agar alur memiliki kedalaman yang seragam dan cukup lebar guna menyediakan
ruang bagi perakaran bibit tanpa menghimpitnya. Digunakan roda tekan
berpasangan, dimiringkan ke arah luar pada bagian atasnya dan kadangkala bagian
depannya sedikit dicondongkan ke arah luar.
Beberapa
mesin penanam bibit memiliki piranti pemindah mekanis yang diletaki bibit
dengan tangan namun yang secara otomatis akan menempatkan bibit tersebut ke
dalam alur. Susunan seperti ini memungkinkan pekerja bisa bekerja pada posisi
yang lebih nyaman serta cenderung menghasilkan peletakan bibit yang lebih
seragam dalam alur. Alat pemindah haruslah dirancang secara cermat, guna
menjamin bahwa bibit tidak akan rusak serta menghindarkan setiap kemungkinan
terlukainya pekerja. Dibutuhkan pengaturan waktu pelepasan yang tepat sehingga
bibit akan tetap tegak ketika akarnya ditimbun.
Huang
dan Splinter telah merancang sebuah transplanter yang otomatis untuk penanaman
bibit dalam kantong-kantong kecil. Kantong-kantong tersebut adalah dari jenis
yang telah lazim, yang kadang dipakai pada tanam bibit dengan tangan, yang akan
hancur secara cepat bila ditempatkan dalam tanah. Rangka kotak-kotak yang
berisi bibit dalam pot-pot dibawa di atas mesin dan secara otomatis bergeser
guna menempatkan satu pot pada satu saat di atas lubang di atas sebuah tabung
penyalur yang mengarahkan pot ke alur.
S O A L – S O A L
1.a. Berapakah jarak tanam yang diperlukan pada
penanaman jagung dalam larik-larik berjarak 102 cm, jika diinginkan populasi
tanaman 6000 tanaman per hektar dan perkiraan rata-rata pertunasan 85 % ?
b. Jika
piring penakar model penjatuhan tepi memiliki 16 sel dengan garis tengah
lingkaran 200 mm, berapakah kecepatan linier sel dalam meter per menit jika
kecepatan mesin penanam 8 km/jam ?
2. Sebuah mesin penanam piring datar memiliki
piring penakar yang memiliki 7 ceruk dengan diameter piring 165 mm. Jejari
efektif roda penggerak (yaitu roda tekan) 195 mm. Sebuah cakra bergigi 16 pada
roda tekan memutar cakra gigi 18 pada poros peloloh. Sebuah roda gigi bevel
bergigi 12 pada poros peloloh menggerakkan roda gigi bergigi 27 pada poros
piring penakar.
a. Hitung
jarak tanam dalam larikan untuk pengisian ceruk 100 %.
b. Jika kecepatan piring penakar 15 m/mnt
meghasilkan pengisian ceruk 100 %, berapakah kecepatan jalan mesin penanam
(dalam km/jam) yang diperlukan agar terjadi pengisian 100 % ?
3. Sebuah mesin penanam memiliki piranti penakar
tipe rotor tegak semacam yang diperlihatkan pada Gb. 5, namun tanpa pemukul benih. Unit tersebut digunakan tanpa tabung
penyalur, benih dilepaskan langsung pada titik lintasan terendah dan jatuh
bebas oleh adanya gaya gravitasi ke dasar alur sejauh 90 mm di bawahnya.
Kecepatan keliling rotor 21m/mnt dan kecepatan jalan mesin 5 km/jam. Berapa
jauh sebuah benih akan bergerak pada arah mendatar (tunjukkan, ke depan ataukah
ke belakang) antara titik pengeluaran dan titik benih mengenai dasar alur,
1.Jika rotor berputar dengan arah yang sama
dengan roda tanah.
2.Jika perputaran berlawanan arah.
3.
Dengan sudut berapakah terhadap arah tegak benih
tersebut menimpa dasar alur pada masing-masing soal ? (Abaikan tahanan udara).
4. Pada sebuah
pengujian pengisian ceruk dengan benih bit menggunakan mesin penanam piring
horisontal yang memiliki piring penakar yang memiliki 72 sel dengan diameter
keliling 167 mm, diperoleh 28,75 gr benih utuh dan 0,95 gr benih rusak (hasil
pengayakan) selama pemutaran roda tanah 50 kali dalam waktu 68 detik. Sampel
benih seberat 6,40 gr berisi 556 benih. Piring penakar berputar 0,76 putaran
untuk tiap putaran roda tanah. Hitunglah,
1.
Rerata persentase pengisian ceruk (termasuk benih
rusak).
2. Kecepatan linier ceruk, dalam meter per
menit.
3.
Persentase benih rusak.
5. Tabung penyalur
benih pada sebuah mesin penanam jagung tipe piring dibuat bersudut 20o
ke arah belakang terhadap garis tegak. Piring penakar benih terletak sejauh 560 mm di atas dasar alur.
1. Berapakah komponen mendatar ke arah
belakang dari kecepatan benih relatif terhadap mesin penanam pada saat benih
mencapai alur ? Abaikan pengaruh gesekan dan pemantulan benih dalam tabung.
2.
Berapakah kecepatan mendatar benih relatif terhadap
tanah, dalam km/jam, jika kecepatan mesin penanam 7,25 km/jam ?
DAFTAR
PUSTAKA
ABERNATHY,
G.H., dan J.G. PORTERFIELD. Effect of planter opener shape on furrow
characteristics. Trans ASAE 12(1): 16 – 19, 1969.
AUTRY, J.W.,
dan E.W. SCHROEDER. Design factors for hill-drop planters. Agr.Eng.,
34:525-527, 531, Aug., 1953.
BAINER, R. The
processing of sugar beet seed. Agr. Eng., 29:477-479, Nov., 1948.
BARMINGTON,
R.D. Trends in sugar beet cell size, and speed to beet planter performance.
Agr. Eng.,
29:530-533, Dec., 1948.
BARMINGTON,
R.D. Trends in sugar beet planter design in Colorado. J. Am. Soc. Sugar beet
technologists, 12(2):141-147, 1962.
BATES, E.N.
California rice land seeded by airplane. Agr. Eng., 11:69-79, Feb., 1930.
BRANDT, R.G. dan Z. FABIAN. Developing
a high speed precision planter. Agr. Eng., 45:254-255, May, 1964.
BUCHELE, W.F.,
dan S.G. SHEIKH. Application of soil mechanics to plant emergence. ASAE Paper
67-655, Dec., 1967.
CHANCELLOR,
W.J. Seed tape system for precision selection and planting of small vegetable
seeds. Trans ASAE, 12(6):876-879, 1969.
DREW, L.O.,
T.H. GARNER dan D.G. DICKSON. Seeding thrust vs. soil strength. Trans. ASAE,
14(2):315-318, 1971.
ANONIM.
Evenseed planting. Agr. Eng.,
51:187, April, 1971.
GIANNINI, G.R.,
W.J. CHANCELLOR dan R.E GARRET.Precision planter using vacuum for seed pickup.
Trans. ASAE, 10(5):607-610,614, 1971.
HARMOND, J.E.
Precision vacuum-type planter head. USDA ARS 42-115, 1965.
HARIOTT, B.L. A
packaged environment system for precision planting. Trans. ASAE, 13(5):550-553,
1970.
HUANG, B.K.,
dan W.E. SPLINTER. Development of en automatic transplanter. Trans. ASAE,
11(2):191-194, 1968.
INMAN, J.W.
Precision planting – a reality for vegetables. Agr. Eng., 49:344-345, June, 1968.
JHONSON, P.E.,
C.G. HAUGH, G.F. WARREN, G.E. WILCOX, dan B.A. KRATKY. To plant vegetables with
seed wafers. Agr. Eng.,
51:566 Oct., 1970.
KNOOP, J.G.
Seeds on a spindle. The Farm Quarterly, 23(5):64-68, 110-111, Musim gugur,
1968.
MEDERSKY, H.J.,
D.M. Van DOREN dan D.J. HOFF. Narrow corn: yield potential and current
development. Trans. ASAE, 8(3):322-323, 1965.
MORTON, C.T.
dan W.F. BUCHELE. Emergence energy of plant-seedlinga. Agr. Eng.,
41:428-431, 453-455, July, 1960.
PORTERFIELD,
J.G., E.W. SCHROEDER dan D.G. BATCHELDER. Plateau profile planter. ASAE Paper
59-105, June, 1959.
ROBINSON, F.E.,
K.S. MAYBERRY dan H. JOHNSON,Jr. Emergence and yield of lettuce from coated
seed. Trans. ASAE, 18(4):650-653, 1975.
RYDER, G.J. High
planting speed cuts corn yields. Plant Food Review, 4(4):12-16, Musim dingin,
1958.
STOUT, B.A.,
W.F. BUCHELE dan F.W. SNYDER. Effect of aoil compaction on seding emergence
under simulated field conditions. Agr. Eng., 42:68-71, Feb., 1961.
TAYLOR, D. Growers find
coated seed aidsin precision planting. California
Farmer, 220(8):19-20, Oct., 1963.
WANJURA, D.F.
dan E.B. HUDSPETH,Jr. Metering and seed-pattern characteristics of a horizontal
edge-drop plate planter. Trans. ASAE, 11(4)468-469, 473, 1968.
WANJURA, D.F.
dan E.B. HUDSPETH,Jr. Performance of vacuum wheels metering individual cotton
seed. Trans. ASAE, 12(6):775-777, 1969.
WILKES, L.H.
dan P. HOBGOOD. A new approach to field crop production. Trans. ASAE,
12(4):529-532, 1969.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar